Fundamental Saham, Cara Analisis yang Wajib Investor Ketahui

Fundamental Saham, Cara Analisis yang Wajib Investor Ketahui

Saat hendak terjun ke dalam investasi saham, rasanya penting bagi setiap investor untuk mengetahui apa saja ilmu analisis saham. Salah satu ilmunya adalah analisa fundamental saham.

Diketahui, analisis ini akan sangat berguna bagi Kopers yang ingin mengambil tindakan. Tindakan itu meliputi membeli, menjual, hingga menahan saham yang Kopers miliki.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang fundamental saham, mari simak pemaparannya di artikel Koperasi Digital Propertree ini!

Pengertian Fundamental Saham

Dari apa yang telah Minkop temui melalui berbagai sumber, fundamental saham adalah suatu metode pengukuran yang dapat investor gunakan untuk mengetahui tingkat keamanan nilai saham.

Ada beberapa indikator atau faktor fundamental saham, misalnya laporan arus kas (cash flow), tingkat pengembalian atau Return On Asset (ROA), dan tingkat kewajiban finansial perusahaan atas ekuitasnya (gearing).

Melalui faktor di atas, nilai sebuah saham di suatu perusahaan bisa saja terpengaruh. Sehingga, tak heran kalau ada investor yang melakukan analisis fundamental saham.

Analisis fundamental sendiri adalah salah satu teknik yang digunakan untuk menyeleksi serta menentukan baik atau buruknya suatu saham.

Jadi, analisis ini sangat berguna untuk mengetahui kapan waktu terbaik untuk membeli dan menjual saham.

Rasio Keuangan dalam Analisis Fundamental Saham

Sebagai langkah untuk memudahkan Kopers dalam memahami analisis fundamental saham, inilah beberapa rasio keuangannya. Begini ulasannya.

1. Price to Book Value (PBV)

PVB adalah salah satu faktor analisis yang berfungsi untuk mengetahui seberapa besar pasar dalam mengapresiasi nilai suatu perusahaan dengan harga yang bervariasi.

Diketahui, Price to Book Value ini berupa perkalian atau multiply. Sebagai contoh, emiten Z memiliki PBV sebesar 1,5x pada bulan Januari 2024, lalu pada bulan Juni 2024 sebesar 2x.

Artinya, emiten Z mengalami peningkatan harga hingga 0,5x dari bulan Januari 2024 sampai bulan Juni 2024.

2. Price to Earning Ratio (PER)

Price to Earning Ratio akan memperlihatkan keuntungan yang akan perusahaan hasilkan jika dibandingkan dengan harga sahamnya.

Nantinya, PER ini sebagai tolak ukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih per saham.

Makin tinggi PER nya, maka harga saham pun kian tumbuh dan jadi incaran para investor.

3. Earning Per Share (EPS)

Indikator selanjutnya yaitu EPS. Di mana EPS akan menunjukkan berapa besaran laba bersih suatu perusahaan pada tiap lembar sahamnya.

Untuk saham dengan nilai EPS yang meningkat dari waktu ke waktu akan dinilai menguntungkan kedepannya.

4. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio keuangan berikutnya adalah DER. Rasio ini berasal dari hasil perbandingan antara total hutang dengan modal dan sisa laba perusahaan dalam membiayai aset-aset.

Kalau rasio DER meningkat dari waktu sebelumnya, maka perusahaan tersebut sudah pihak pemberi utang (kreditur) bayarkan dan bukan berasal murni dari hasil kekayaan bersihnya.

5. Dividend Yield (DY)

DIY berguna untuk menunjukkan besaran hasil dividen yang perusahaan berikan pada tiap lembar saham. Meskipun harga saham akan lebih kecil daripada jumlah dividennya, hal ini tetap penting khususnya untuk para long term investor.

6. Return on Equity (ROE)

Rasio terakhir adalah ROE. Return on Equity berasal dari perbandingan laba bersih (net profit) yang telah perusahaan bukukan dengan total kekayaan bersih.

Biasanya, ROE akan mengukur seberapa besar kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih bagi para investornya.

Apabila nilainya akan menyentuh angka 100%, maka perusahaan tersebut mempunyai profitabilitas yang sangat baik.

Analisis Fundamental Saham dalam Memutuskan Buy, Sell, atau Keep

Seperti yang telah disinggung di atas, untuk mengetahui nilai intrinsik suatu saham, maka Kopers bisa gunakan analisis fundamental. Nantinya, nilai atau harga yang ada dari hasil analisis tersebut akan dibandingkan dengan harga terbaru saham untuk melihat apakah saham overvalued maupun undervalued.

Apabila overvalued, harga saham yang beredar di pasaran bisa saja lebih mahal daripada nilai intrinsik atau aslinya. Sedangkan undervalued adalah kebalikannya, di mana saham akan lebih rendah daripada harga aslinya.

Kemudian, berdasarkan informasi tersebutlah biasanya investor akan memutuskan tindakannya. Apakah untuk membeli (buy), menjual (sell), atau bahkan menahan (keep) sahamnya.

Jika Kopers masih merasa harga aslinya lebih tinggi daripada harga yang tertera di pasar saham, maka Kopers bisa beli saham tersebut, Akan tetapi, kalau harga saham lebih tinggi daripada harga asli, Kopers bisa menjual saham yang sebelumnya ditahan.

Dengan melakukan analisa tersebut, Kopers akan lebih mudah dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi saham. Jadi, sudah tahukan apa itu analisa fundamental saham?

Itulah penjelasan mengenai analisis fundamental saham yang wajib Kopers ketahui. Jangan lupa untuk membaca artikel informatif terkait investasi, finansial, dan edukasi menarik lainnya hanya di blog Koperasi Digital Propertree.

Semoga artikel di atas dapat menambah wawasan baru Kopers!

Baca Selengkapnya: Inilah Investasi Aman dan Menguntungkan yang Wajib Dilakukan!

Penulis: Dhea Alvionita

You May Also Like

About the Author: PROPERTREE

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *